1. Tentang Kartini
Saat berumur 12tahun, Kartini dipulangkan ke rumah, masa sekolah sdh dianggap cukup. Ia hrs kembali ke kotak, kembali ke rumah berada dalam pingitan, menunggu lelaki yg akan dijodohkan oleh orangtuanya,lelaki yg tidak dikenalnya.
Namun masa 4 tahun dalam pingitan, dibatasi oleh 4 dinding; siapa sangka justru menjadi awal kebebasan seluruh wanita Indonesia. Tembok pembatas tidak bisa menghalangi pergolakan pikirannya, segala rasa, segala tangkapan panca indera, ia tumpahkan dalam tulisan2 yg ia kirim ke sahabat2nya. Siapa sangka 4 tahun itu justru jd awal sebuah cerita Habis Gelap Terbitlah Terang. Terang sudah kegelapan yg berabad- abad menyelimuti rakyat pribumi khususnya wanita. Semua diolah dari dalam kotak berbatas 4 dinding bisu yg mendengar setia.
2. Tentang Ibuku.
Ibu benar2 perwujudan cita2 Kartini. Ibu seorang guru, lalu menjadi kepala sekolah. Ibu sibuk di rapat-rapat dan organisasi. Terkadang aku merindukan Ibu,karena Ibu setiap hari pergi.
Ibu
hebat
, Ibu cerdas, dan Ibu sangat mandiri dan kuat. Ibu tidak suka kalau anak2 perempuannya cengeng. Semua ad jalan keluarnya, kata Ibu. Ibu wanita sibuk luar biasa. Namun seandainya Ibu saat ini masih ada, saya mungkin malah terheran2, "Ibu kok sekarang mlh bnyk di rumah, dan pny bnyk waktu utk kami?"
Pasti Ibuku yg cerdas akan menjawab," Lah, skrg apa - apa bisa dikerjakan dr rumah kan Ndhuk. Ibu bisa membagi tugas dr rumah. Tugas2 bisa dikirim lewat WA atau email, klu ada rapat2 tinggal buka zoom. Jadi malah Ibu skrg bisa menemani anak cucu tanpa Ibu hrs keluar rumah. Dunia skrg hanya seluas petak layar. Semua dalam genggaman".
Dan aku serta merta memeluk Ibu. Tanpa lgs menggurui Ibu memberi semangat, bahwa walau aku di rumah saja, aku tetap bisa mengungkapkan pikiran dan gagasan. Dan aku tetap bisa menghasilkan pemasukan dari tulisan2".
Terima kasih Ibu Kartini, maturnuwun Ibuk..inilah emansipasi saat ini. Tetap bahagia dan merdeka, terus berkarya walau di rumah saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar