Bacaan dari Kitab Ayub (38:1.12-21; 39:36-38)
"Kekuasaan Tuhan di alam
semesta."
Tuhan berbicara kepada Ayub dari
dalam badai, "Pernahkah dalam hidupmu engkau menyuruh dini hari datang
atau pernahkah fajar kautunjukkan tempatnya untuk memegang bumi pada
ujung-ujungnya, sehingga orang-orang fasik dikebaskan daripadanya, yakni tatkala
fajar mengubah bumi menjadi seperti seperti tanah liat yang dimeteraikan, dan
mewarnainya seperti orang mewarnai kain? Tatkala orang-orang fasik dirampas
terangnya, dan dipatahkan lengannya yang teracung?
Pernahkah engkau turun sampai ke
sumber laut, atau berjalan-jalan menyusuri dasar samudera raya? Apakah pintu
gerbang maut tersingkap bagimu, atau pernahkah engkau melihat pintu gerbang
kelam pekat? Tahukah engkau luasnya bumi? Nyatakanlah, kalau engkau tahu
semuanya itu.
Di manakah jalan ke tempat
kediaman terang, dan di manakah tempat tinggal kegelapan, sehingga engkau dapat
mengantarnya pulang, dan mengetahui jalan ke rumahnya? Tentulah engkau
mengenalnya, karena ketika itu engkau sudah lahir, dan jumlah hari-harimu telah
banyak!"
Lalu Ayub menjawab kepada Tuhan,
"Sesungguhnya, aku ini terlalu hina. Jawab apakah yang kuberikan
kepada-Mu? Mulutku kututup dengan tangan. Satu kali aku berbicara, tidak akan
kuulangi; dua kali aku berkata, tidak akan kulanjutkan."
Mazmur Tanggapan
Ya Tuhan, tuntunlah aku di jalan yang kekal.
Ayat. (Mzm 139:1-3.7-10.13-14ab)
1.
Tuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku;
Engkau mengetahui apakah aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari
jauh. Engkau memeriksa aku kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku
Kaumaklumi.
2.
Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana
aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki langit, Engkau di sana; jika
aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, Engkau pun ada di situ.
3.
Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat
kediaman di ujung laut, di sana pun tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan
kanan-Mu memegang aku.
4.
Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku,
Engkaulah yang menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh
karena misteri kejadianku; ajaiblah apa yang Kaubuat.
Bait Pengantar Injil
Alleluya
Ayat. (Mzm 95:8ab)
Hari ini dengarkanlah suara Tuhan, dan janganlah bertegar hati.
Inilah Injil Suci menurut Lukas (10:13-16)
“Barangsiapa menolak Aku, ia
menolak Dia yang mengutus Aku!"
Sekali peristiwa Yesus bersabda,
“Celakalah engkau, Khorazim! Celakalah engkau, Betsaida! Sebab seandainya di
Tirus dan Sidon terjadi mukjizat-mukjizat yang telah terjadi di
tengah-tengahmu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Maka pada waktu
penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan daripada
tanggunganmu.
Dan engkau, Kapernaum, apakah
engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak! Engkau akan diturunkan sampai ke
dunia orang mati. Barangsiapa mendengarkan kalian, ia mendengarkan Daku; dan
barangsiapa menolak kalian, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia
menolak Dia yang mengutus Aku.”
Demikianlah Sabda Tuhan.
Renungan:
Bacaan hari ini masih melanjutkan
tentang Ayub. Di tengah pergulatan perasaan dan pikirannya dalam menghadapi
penderitaan yang dialaminya, Allah berkenan berbicara kepadanya. Dan Allah menanyakan
kepadanya,
"Pernahkah dalam hidupmu engkau menyuruh dini hari datang atau
pernahkah fajar kautunjukkan tempatnya untuk memegang bumi pada ujung-ujungnya.Pernahkah
engkau turun sampai ke sumber laut, atau berjalan-jalan menyusuri dasar
samudera raya? Apakah pintu gerbang maut tersingkap bagimu, atau pernahkah
engkau melihat pintu gerbang kelam pekat? Tahukah engkau luasnya bumi?
Nyatakanlah, kalau engkau tahu semuanya itu”
Ya, Allah memang Maha Besar. Dia
pencipta dan penguasa jagat raya. Maka Ayub menjawab demikian,
"Sesungguhnya, aku ini terlalu hina. Jawab apakah yang kuberikan
kepada-Mu? Mulutku kututup dengan tangan. Satu kali aku berbicara, tidak akan
kuulangi; dua kali aku berkata, tidak akan kulanjutkan."
Di hadapan Allah, manusia terlalu
dina. Tidak ada apa-apanya kita dihadapanNya. Maka jawaban Ayub benar. Di
tengah penderitaannya, ia tidak mempertanyakan kenapa ini terjadi. Ia juga
tidak memprotes Allah. Ia sangat sadar, bahwa ia makhluk hina dina di
hadapanNya. Satu teladan lagi kita dapatkan dari Ayub, yang sedang berada di
titik terendah hidupnya. Ia tidak pernah menghujat Allah.
Action:
Ø
Menyadari diri sebagai makhluk hina dina di
hadapanNya.
Doa:
Tuhan Allahku, tiada berarti aku
di hadapanMu. Hanya belas kasih dan kemurahan hatiMu yang membuatMu berkenan
memberi berkah dan rahmat kepada kami. Kiranya Engkau berkenan memperhatikan
sejenak kehidupan kami, dan menolong kami dengan pertolongan yang pasti sangat
tepat. Karena Engkau Maha Besar sekaligus Maha Penyayang.
Doa ini kami haturkan dengan
perantaraan Yesus Kristus, juru selamat dan junjungan kami. Amin