Kamis, 08 Agustus 2019

MATA AIR MERIBA, BUKTI KASIH SEJATI TUHAN KEPADA UMATNYA

Kitab Bilangan 20 :1-13
Mazmur 95 : 1-2,6-7,8-9
Injil Matius 16 : 13-23


Bangsa Israel adalah bangsa yang dikasihi Tuhan.
Kepada mereka Tuhan berjanji akan membawa mereka keluar dari penindasan orang Mesir menuju ke  negeri yang penuh dengan susu dan madu, negeri yang baik dan luas, tempat orang Kanaan, Het, Amori, Feris, Hewi, dan Yebus berada. Untuk itu Tuhan mengutus Musa menuntun dan membimbing mereka.

Namun perjalanan menuju Tanah Terjanji bukanlah perjalanan yang mudah. Bangsa Israel menghadapi situasi-situasi yang sulit, termasuk harus berperang, menderita kelaparan dan kehausan. Kala itu mereka tiba di padang gurun Zin dan mereka mengalami kekurangan air baik untu umat Israel maupun ternak-ternak mereka. Terlebih mereka baru mengalami kedukaan karena kematian Miryam saudara mereka di padang gurun tersebut. Umat Israel mulai menggerutu dan berkata kepada Musa dan Harun lebih baik mereka mati di situ saja.

Musa dan Harun pergi menghadap Tuhan ke pintu Kemah Pertemuan dan bersujud kepadaNya. Lalu Tuhan menyuruh Musa mengayunkan tongkat pada sebuah bukit dan meminta Harun mengumpulkan umat Israel. Musa menaati perintah Tuhan. Dan benar, disaksikan oleh umat Israel, ketika Musa mengayunkan tongkatnya, keluarlah mata air melimpah dari batu-batu bukit tersebut,

Pada hari ituTuhan kembali memperlihatkan kasih setiaNya kepada bangsa yang sering mengeluh dan menggerutu tersebut. Mata air itu dinamakan Meriba, tempat orang Israel bertengkar dengan Tuhan, dan Tuhan menunjukkan kekudusanNya kepada mereka. (Bil.20:13)


Pada Injil Matius, Tuhan bertanya kepada murid-muridNya, menurut mereka siapakah Dia. Beberapa murid menjawab, demikian juga Petrus. Jawab Petrus, :"Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16: 16). 

Tuhan membenarkan apa yang dikatakan Petrus.  "Namun Anak Manusia harus menderita, dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga demi menyelamatkan manusia".  Petrus menjawab,"Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu. Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau". (Mat.16 : 22). Jawab Tuhan Yesus,"Enyahlah Iblis, engkau suatu batu sandungan bagiKu, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia".

Mungkin kita pun akan berkata seperti Petrus. Tuhan yang Anak Allah, tidak mungkin akan dibiarkan menderita oleh Bapanya. Namun itulah pemikiran manusia; dan pemikiran  manusia sangat kerdil dibanding rancangan Tuhan. Sepertinya Allah Bapa berlaku kejam dengan membiarkan Putera TunggalNya menderita. Mengapa Allah berbuat demikian?

 Tidak lain dan tidak bukan, karena Tuhan teramat sangat mencintai umatNya. Bapa di surga tidak ingin bila manusia jatuh dalam pelukan dosa dan iblis, maka diutusNya Anak yang dikasihiNya untuk menebus dosa manusia. Dan Allah adalah Sang Maha Agung, tak akan dibiarkan pula Putera Tunggalnya menderita, maka pada hari ketiga Tuhan Yesus bangkit dari kematian dengan mulia.

Itulah salah satu bukti dari sekian banyak bukti tentang cinta Tuhan kepada umatNya.
Ia selalu menyelamatkan umat Israel walapun mereka seringkali menggerutu dan marah kepada Tuhan.
Tuhan juga sangat mencintai umat manusia, sehingga Ia rela mengutus PuteraNya untuk menyelamatkan manusia.

Bila demikian, adakah aku masih ragu akan kasih sayang Tuhan saat aku berada dalam penderitaan?
Akankah Tuhan mendengar dan menyelamatkan aku? Bagaima caranya agar Tuhan membebaskan aku dari semua kesulitan ini?

Seperti Musa dan Harun yang selalu menemui Tuhan di pintu Kemah Pertemuan, maka Tuhan juga sedang menunggu untuk aku datang kepadaNya, karena Bapa juga ingin sekali menyelamatkan aku.

Aku melihat Ia menunggu, dan saat selangkah demi selangkah aku datang mendekatiNya, Ia merentangkan tanganNya, siap memelukku dengan kehangatan dan kelembutanNya.

"Tuhan dalam kerendahan hati dan jiwa yang tidak pantas, aku datang kepadaMu. Tolonglah aku".



Prambanan, 08 Agustus 2019







Tidak ada komentar:

Posting Komentar