2Kor 9 : 6 - 10
Mazmur 112 : 1-2, 5 - 9
Yoh. 12 : 24 - 26
Bacaan pada hari ini sangat menyejukkan hati, yaitu untuk tidak takut kekurangan saat memberi. “Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan”.(2Kor.9: 6 - 8).
Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Sering saya merasa galau akan keadaan diri dan keluarga kami. Bahkan untuk hidup bagi keluarga saja, kami kekurangan, banyak kewajiban-kewajiban yang belum terbayarkan, lalu bagaimana pula kami akan memberi kepada orang lain?
Pada suatu hari kami mendapat kabar tentang seorang teman yang baru mendapat musibah, gerobag burgernya dibobol orang. Peralatan masak dan tabung gas lenyap dicuri. Saat itu kami teman-temannya ikut sedih dan tercekat. Musibah apa lagi yang harus ia terima setelah sebelumnya ia baru saja berduka atas meninggalnya saudara tercinta. Lalu kami mengumpulkan dana untuk meringankan bebannya. Saat itu ada uang di dompet, namun untuk membayar kewajiban lain dan untuk belanja memasak hari itu. Akhirnya dana belanja memasak beralih kepadanya. Saya tidak tahu bagaimana nantinya, yang jelas saat itu saya ada dana dan bisa untuk membantu teman kami.
Kemudian apakah saat itu kami sekeluarga tidak bisa makan? Bisa ternyata. Dari persediaan telur yang ada, dan ketika kami group keluarga bercerita tentang sebuah pameran buku, tiba-tiba kakak dari jauh berjanji akan mengirim dana agar anak-anak bisa membeli buku-buku di pameran buku tersebut. Nilainya jauh lebih banyak dari pada yang sudah saya berikan untuk membantu teman saya tadi. Saya terharu. Tuhan ternyata benar benar mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.
Dalam Injil Yohanes hari ini, Tuhan bersabda tentang pengorbanan. Pengorbanan yang seperti tak berharga namun sebenarnya tidak sia-sia.
“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.”(Yoh.12: 24-26).
Kembali saya tidak mengerti persis apa maksud Tuhan dalam sabda hari ini. Apakah kita harus merelakan semuanya, bahkan kalau perlu merelakan nyawa? Namun di lain pihak Tuhan pernah bersabda, “Bahkan sehelai rambutmu pun tidak akan dibiarkan jatuh, kalau Bapa tidak menghendakinya”. Dua sabda yang seperti bertolak belakang. Maka yang saya tahu adalah Tuhan sudah mempunyai rencana, bahkan yang paling detil dalam hidup saya, jadi tidak perlu saya mencemaskan apapun. Ya, apapun. Itu melegakan, untuk saya yang hari-hari kemarin gamang menatap datangnya pagi setiap hari. Jangan cemas, jangan takut, jangan kuatir, itu bisikan Tuhan di telinga saya.
Yang Ia minta hanya saya menjadi pelayanNya dan berada di dekatNya dimanapun Ia berada. Bagaimana saya mengejawantahkannya? Sedang saya seorang ibu rumah tangga dengan anak tiga dan berbagai tugas rumah tangga dan tugas seorang ibu menanti saya? Saya juga tidak tahu, bagaimana cara menjadi pelayan Tuhan dan selalu berada di dekatNya dalam situasi seperti itu. Mungkin dengan membaca dan mencoba mengerti Kitab Suci setiap hari, Tuhan melihatnya sebagai sebuah usaha untuk selalu berada di dekatNya.
Yang saya tahu, hari ini Ia mengajakku untuk selalu bersuka cita, tidak cemas dan tidak kuatir, percaya satu demi satu Tuhan akan menyelesaikanNya.
“Tuhan aku terharu dan aku berjanji akan mencintaiMu di sepanjang hidupku”.
Ia tidak takut kepada kabar celaka, hatinya tetap, penuh kepercayaan kepada TUHAN. Hatinya teguh, ia tidak takut, sehingga ia memandang rendah para lawannya. Ia membagi-bagikan, ia memberikan kepada orang miskin; kebajikannya tetap untuk selama-lamanya, tanduknya meninggi dalam kemuliaan.(Mzm.112:7-9).
Selamat hari Sabtu.
Salam hangat dari seorang ibu di Prambanan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar