Jumat, 01 Oktober 2021

Peringatan St. Theresia Lisieux

Sumber:https://bit.ly/3uzJFpO

Theresia Martin lahir di Alençon, Prancis, 2 Januari 1873. Dua hari kemudian ia dibaptis di gereja Notre Dame. Orangtuanya bernama Louis Martin dan Zélie Guérin. Setelah kematian ibunya di tahun 1877, Theresia dan keluarganya pindah ke Lisieux.

Sebelum umur 7 tahun, Theresia mengaku dosa dalam Sakramen Tobat untuk yang pertama kalinya. Di hari Pentakosta tahun 1883, ia menerima rahmat khusus yang menyembuhkannya dari sakit yang serius, melalui doa syafaat Bunda Maria. Dibimbing oleh para biarawati Benediktin, dan diakhiri oleh pengalaman persatuan yang erat dengan Kristus, Theresia menerima Komuni Pertama tanggal 8 Mei 1884 dan beberapa minggu kemudian, Sakramen Penguatan. Ia sadar betul telah menerima karunia Roh Kudus yang membuatnya mengambil bagian dalam rahmat Pentakosta.

Theresa begitu mendambakan masuk biara Karmel di Lisieux, seperti kakaknya Pauline dan Marie. Namun ia tidak diperkenankan karena usianya yang masih muda. Dalam kunjungannya ke Italia, dalam audiensi umum yang diberikan oleh Paus Leo XIII kepada para peziarah dari Lisieux, tanggal 20 November 1887, Theresia bertanya kepada Bapa Paus, dengan keberanian seorang anak, agar ia diperbolehkan masuk ke biara Karmel di usia 15 tahun.

Akhirnya, tanggal 9 April 1888, Theresia masuk biara Karmel di Lisieux, dan mengucapkan kaul religiusnya pada tanggal 8 September 1890 pada hari raya kelahiran Perawan Maria yang Terberkati. Di Karmel, Theresia mengikuti jalan kesempurnaan yang diajarkan oleh pendirinya, St. Teresa dari Yesus [Teresa Avila], dan melakukannya dengan kesungguhan dan kesetiaan melaksanakan segala tugas-tugas komunitas yang dipercayakan kepadanya. Imannya diuji oleh penyakit yang dialami oleh ayahnya yang terkasih, Louis Martin, yang meninggal tanggal 29 Juli 1894. Namun Theresia  terus bertumbuh dalam kekudusan, diterangi oleh Sabda Allah dan didorong oleh Injil untuk menempatkan kasih di pusat segala sesuatu. Dalam naskah autobiografinya, ia meninggalkan tidak hanya permenungan di masa kecil sampai dewasa, namun juga sebuah potret jiwanya, penjabaran dari pengalaman-pengalaman rohaninya yang mendalam. Ia menemukan jalan kecil sebagai anak rohani dan mengajarkannya kepada para novis yang dipercayakan kepadanya. Ia menganggapnya sebagai karunia istimewa untuk menemani dua orang “bruder misionaris” dengan doa dan pengorbanan. Ditangkap oleh kasih Kristus, Kekasih jiwanya, ia masuk dengan sangat dalam ke dalam misteri Gereja dan bertambah sadar akan panggilan apostolik dan misionaris untuk menarik semua orang ke jalan-Nya.

Di tanggal 9 Juni 1895, di hari raya Allah Tritunggal, Theresia mempersembahkan dirinya sebagai kurban Belas Kasih Allah. Pada saat ini ia menuliskan manuskrip autobiografinya yang pertama, yang diberikan kepada Muder Agnes di hari ulang tahunnya tanggal 21 Januari 1896. Beberapa bulan kemudian, di bulan April, hari Kamis Putih, ia terkena sakit haemoptysis. Ia mengalami gejala pertama penyakit yang memimpinnya kepada kematiannya. Ia menganggap kejadian ini sebagai kunjungan misterius dari Kristus. Sejak saat ini ia mengalami ujian iman yang berakhir sampai kematiannya. Ia memberikan kesaksian tentang hal ini dalam tulisan-tulisannya. Di bulan September, ia merampungkan manuskrip B, yang menunjukkan kedewasaan rohani yang dicapainya, secara khusus bahwa ia menemukan panggilan hidupnya di jantung hati Gereja. Sementara kesehatannya terus menurun ia terus menulis manuskrip C di bulan Juni, yang didedikasikan untuk Muder Marie de Gonzaga. Rahmat yang baru memimpinnya kepada kesempurnaan yang lebih tinggi dengan pandangan-pandangan yang segar yang sangat berguna bagi jiwa-jiwa yang kemudian mengikuti jalannya. Sementara itu penderitaannya terus bertambah. Ia menerima semua itu dengan sabar sampai saat kematiannya di sore hari tanggal 30 September 1897. “Aku tidak sedang menjelang kematian, aku sedang memasuki kehidupan,” demikian tulisnya kepada Fr. M Bellier, pastor misionaris yang dianggapnya sebagai saudaranya. Kata-kata terakhirnya adalah, “Tuhanku…., aku mengasihiMu!” Ini menutup kehidupannya di usia 24 tahun, dan sebagaimana dikehendakinya, ia memulai suatu fase kehadiran apostolik atas nama jiwa-jiwa dalam Persekutuan para Kudus, untuk menebarkan hujan mawar ke atas dunia.

Theresia dari Lisieux atau St. Theresia Kanak-kanak Yesus, dikanonisasikan oleh Paus Pius XI tanggal 17 Mei 1925. Paus yang sama menyatakannya sebagai Pelindung Misi bersama dengan St. Fransiskus Xaverius, pada tanggal 14 Desember 1927. Ajaran Theresia dan contoh kekudusannya diterima dengan antusias oleh umat beriman di masa ini, baik yang Katolik maupun bukan KatolikPaus Yohanes Paulus II memberikan kepadanya gelar Doktor Gereja pada tanggal 19 Oktober 1997.[1]

 


[1]Sumber: “The Life of Saint Thérèse of Lisieux”, ref:
http://www.vatican.va/news_services/liturgy/saints/ns_lit_doc_19101997_stherese_en.html

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar