Jumat, 12 Agustus 2022

"Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."

 

Sumber: https://www.gotquestions.org

Bacaan dari Kitab Yehezkiel (16:59-63)        

"Aku akan mengingat perjanjian-Ku dengan dikau, dan engkau akan merasa malu."

Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH: Aku akan melakukan kepadamu seperti engkau lakukan, yaitu engkau memandang ringan kepada sumpah dengan mengingkari perjanjian. Tetapi Aku akan mengingat perjanjian-Ku dengan engkau pada masa mudamu dan Aku akan meneguhkan bagimu perjanjian yang kekal.

Barulah engkau teringat kepada kelakuanmu dan engkau merasa malu, pada waktu Aku mengambil kakak-kakakmu, baik yang tertua maupun yang termuda, dan memberikan mereka kepadamu menjadi anakmu, tetapi bukan berdasarkan engkau memegang perjanjian.

Aku akan meneguhkan perjanjian-Ku dengan engkau, dan engkau akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN, dan dengan itu engkau akan teringat-ingat yang dulu dan merasa malu, sehingga mulutmu terkatup sama sekali karena nodamu, waktu Aku mengadakan pendamaian bagimu karena segala perbuatanmu."

Mazmur Tanggapan

Tuhan, Dikaulah sumber air hidup.

Ayat. (Yes 12:2-3.4bcd.5-6)

1. Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gemetar; sebab Tuhan Allah itu kekuatan dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku. Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan.

2. "Bersyukurlah kepada Tuhan, panggillah nama-Nya, beritahukanlah karya-Nya di antara bangsa-bangsa, masyhurkanlah bahwa nama-Nya tinggi luhur.

3. Bermazmurlah bagi Tuhan, sebab mulialah karya-Nya; Baiklah hal ini diketahui di seluruh bumi! Berserulah dan bersorak-sorailah, hai penduduk Sion, sebab Yang Mahakuasa, Allah Israel, agung di tengah-tengahmu."

Bait Pengantar Injil

Alleluya, alleluya

Ayat. (lih. 1Tes 2:13)

Sambutlah pewartaan ini sebagai sabda Allah, bukan sebagai perkataan manusia.

Inilah Injil Suci menurut Matius (19:3-12)

"Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kalian menceraikan isterimu, tetapi semula tidaklah demikian."

Pada suatu hari datanglah orang-orang Farisi kepada Yesus, untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: "Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?"

Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."

Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?"

Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian. Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah."

Murid-murid itu berkata kepada-Nya: "Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin."

Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja. Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti."

Demikianlah Sabda Tuhan.

Renungan:

Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."

Inilah ayat yang menjadi seperti Kaul kekal bagi pasangan suami istri Katolik. Apa pun keadaannya, kita dilarang untuk bercerai. Dan itu adalah komitmen yang sudah kita ucapkan sendiri, saat diresmikan oleh gereja sebagai suami istri.

Berat memang janji itu dalam perjalanan hidup berumah tangga. Dibutuhkan saling komitmen dan kesadaran bersama untuk memikul tanggungjawab sebagai suami istri, sebagai orang tua. Bila tanggung jawab itu tidak ada, atau tidak adil, ya sudah, mulai ada percekcokan atau saling acuh tak acuh satu sama lain.

Kalau biji gandum tidak jatuh ke tanah dan mati, maka ia tidak akan berbuah. Mengampuni 70x7 kali, ini ada sabda-sabda Yesus yang kemarin. Ini menjadi senjata atau bekal untuk mengarungi gelombang badai rumah tangga. Kita harus menyangkal diri, mengorbankan kesenangan pribadi, karena kita sudah tidak lagi dua melainkan satu.  

Kadang kita menuntut orang lain untuk memegang teguh janji mereka. Misal kita menuntut seorang pastor yang sudah mengucapkan janji Kaul Kekal mereka, dalam ketaataan, kesucian, dan kemiskinan untuk benar-benar menjaga dan melaksanakan jani kaul tersebut. Bagaimana dengan kita?

Action:

Menjaga perkawinan, tidak pernah punya pikiran untuk berkata tentang perceraian.

Doa:

Tuhan Yesus, Engkau memberikan bekal bagi kami saat kami mengucap janji sebagai suami-istri, yaitu yang sudah disatukan Allah janganlah diceraikan oleh manusia. Dalam perjalanan hidup, ini terasa berat, namun kami percaya Engkau selalu menguatkan dan menyertai kami.

Maka Yesus dampingilah kami dalam mengemban amanah sebagai suami istri dan orang tua. Jauhkan kami dari beban hidup yang tak sanggup kami pikul. Berilah rahmat, berkat, dan sukacitaMu sendiri, agar kami senantiasa bisa bersyukur dalam kehidupan rumah tangga kami.

Segala hormat dan pujian bagiMu Yesus, kini selalu dan sepanjang segala abad. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar